Pekanbaru ( Bingkairiau.com),- Jelang putusan MK tentang batas usia calon wakil presiden pada Pemilu 2024 ini, gelombang dukungan untuk Gibran Rangkabumi Raka maju sebagai Cawapres terus menjalar. Kini giliran, Barikade Gibran Rakabuming Raka Wilayah Riau Dideklarasi, Minggu (14/10) sore disalah satu kafe di Pekanbaru
Deklarasi yang diawali dengan pernyataan sikap dukungan ini dihadiri puluhan kaum muda dari berbagai lintas profesi
Ketua Brigade Gibran Rakabuming Wilayah Riau Yudi Kurniawan mengatakan, dukungan Barikade Gibran Rakabuming Raka Wilayah Riau sebagai Calon Wakil Presiden dalam helatan Pemilu 2024 dengan mempertimbangan. Pertama, Gibran Rakabuming Raka adalah perwakilan generasi muda yang memiliki rekam jejak pemimpin yang mentereng. Dibuktikan dengan praktik kepemimpinannya selama
menjadi Wali Kota Solo.
Gibran terbukti juga mampu memajukan ekonomi daerahnya, meningkatkan toleransi dan praktik beragama yang moderat. Rangkaian prestasi kepemimpinan Gibran Rakabuming Raka menunjukkan dirinya sebagai pemimpin muda yang berkualitas tinggi.
Kedua, Gibran Rakabuming Raka adalah perwakilan pemimpin muda yang memiliki sikap yang luhur dan adil. Ditunjukkan dengan perilaku kepemimpinannnya yang
mengedepankan sikap sederhana, tenggang rasa, terbuka dan bertanggung jawab.
Ketiga, Gibran Rakabuming Raka adalah perwakilan pemimpin muda yang berwawasan dalam dan luas. Ditunjukkan dengan visi misinya yang menghendaki praktik kepemimpinan
modern, tangguh, gesit dengan mengedepankan sikap kenegarawanan, utamanya demi
mendorong kesejahteraan publik.
" Kami juga menolak sentimen personal, stigmatisasi dan pelabelan “politik dinasti” seperti
selama ini dibunyikan oleh kelompok-kelompok buzzer yang menghendaki pembunuhan
karakter terhadap Gibran" kata Yudi.
Menurut Yudi, kehadiran Gibran patut dipandang sebagai peluang
bagi upaya membangun kepemimpinan muda di Republik Indonesia. Praktik pelabelan “politik
dinasti” kepada Gibran.
" Kami pandang tidak relevan dengan situasi nasional dan global sebab kepemimpinan muda juga terjadi di beberapa negara maju, semisal Amerika Serikat dan Kanada yang mengedepankan kualitas pemimpin ketimbang sentiment atas trah kekerabatan/ kekeluargaan," kata Yudi.