Rabu, 04 Maret 2020 - 11:46:20 WIB
Pekanbaru (Bingkai Riau) - Sebanyak 15 orang guru SMPN 16 Pekanbaru mengikuti simulasi Asesmen Kompetensi Minimal (AKM) yang diselenggarakan oleh Puspendik Kemendikbud di Laboratorium Komputer SMK Nurul Falah Pekanbaru, Rabu (04/03/2020). Tujuannya untuk memperkenalkan bentuk soal AKM tidak hanya untuk siswa, tapi juga untuk guru.
"Dalam simulasi tersebut guru-guru mengerjakan soal AKM yang dirancang oleh Kemendikbud, soal AKM sebagian besar berupa soal literasi dan numerasi," ujar Kepala SMPN 16 Pekanbaru Arbaiyah SPd, Rabu (04/03/2020).
Arbaiyah mengatakan, sebelumnya siswa kelas XII SMPN 16 Pekanbaru usai mengikuti gladi resik Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) dilanjutkan dengan uji coba AKM selama 30 menit di akhir sesi.
Ia mengungkapkan simulasi kali ini dilaksanakan agar dapat menjadi gambaran untuk penilaian pengganti UNBK ditahun mendatang.
"Ikut sertanya guru-guru SMPN 16 Pekanbaru dalam simulasi AKM UNBK 2020 diharapkan mendapat gambaran tentang bentuk penilaian pengganti UNBK ditahun mendatang," ungkapnya.
Dijelaskannya, dalam soal AKM juga terdapat survei karakter. Menurut Arbiyah literasi yang dimaksud bukan hanya kemampuan membaca, tetapi kemampuan menganalisis suatu bacaan, dan memahami konsep dibalik bacaan tersebut.
"Sedangkan kompetensi numerasi berarti kemampuan menganalisis menggunakan angka. Kegiatan simulasi kali ini selain untuk mencoba kesuksesan sistem UNBK, juga menjadi tolok ukur baik bagi guru dan siswa akan gambaran UNBK tahun ini dan AKM tahun mendatang," jelas Arbaiyah.
Arbaiyah mengatakan, dalam AKM juga ada survei karakter. Dimana untuk karakter diharapkan berbasis Pancasila dan ini bagian dari program Merdeka Belajar yang digagas Mendikbud Nadiem Karim.
"Salah satunya perubahan model ujian nasional (UN) ke asesmen kompetensi, literasi, numerasi, dan survei karakter, yang menuntut guru harus lebih kreatif," katanya.
Menurutnya, guru-guru harus bisa menyusun asesmen sendiri untuk melihat kemampuan anak didiknya. "Merdeka Belajar di sini adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk guru mendesain proses pembelajaran dan penilaiannya sendiri. Jadi, setiap guru akan beda-beda modelnya," pungkasnya. (ade)