Senin, 16 Oktober 2017 - 20:24:36 WIB
Pekanbaru (Bingkai Riau) - Ketua Bidang Bimbingan Prestasi (Bimpres) Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat DR Tony, berharap kepada para pelatih Cabang Olahraga (Cabor) dibawah Organisasi KONI, untuk bisa menguasai majamenen.
Karena melalui pengelolaan manajemen yang baik, dapat menghemat anggaran, namun bisa menghasilkan prestasi yang tinggi dikalangan atlit.
"Seorang pelatih hebat harus mampu menguasai manajemen dan bisa melatih fisik. Sehingga kita tidak perlu mencari memiliki banyak Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengurusi Cabang Olahraga," kata Tony saat membuka kegiatan, peningkatan kapasitas manajemen olahraga dan peningkatan kapasitas pelatih fisik Cabang Olahraga KONI kabupaten/kota, di Hotel Grand Zuri, Sabtu (14/10/2017).
Tony menjelaskan, standar satu orang atlit, harus memiliki beberapa orang pendamping. Diantaranya, Dokter Kesehatan, Psikolog, Ahli Gizi, Pelatih Fisik, Manajer Keuangan dan Administrasi.
Namun standar atlit ini tidak akan mampu diikuti oleh KONI di Indonesia. Sebab namanya organisasi masih tergantung kepada anggaran.
Sementara anggaran yang didapat, pasti ada juga perjanjian-perjanjian tertentu dengan pemberi anggaran. Sehingga dengan anggaran yang dimiliki tidak dapat menghasilkan atlit sesuai dengan harapan. Untuk itu organisasi Cabor jangan tergantung lagi kepada anggaran.
Tony mencontohkan atlit dari Benua Eropa, pada umumnya berasal dari kalangan orang mampu. Bagi hobi olahraga, mereka akan mencari pelatih, dokter kesehatan, manajer, ahli gizi dan SDM sesuai standar atlit.
Biaya dikeluarkan dari kantong sendiri. Meski demikian, dilihat atlitnya banyak yang berhasil. Sehingga dapat mengharumkan negara dan memberi penghasilan lebih bagi dirinya.
"Sementara di Indonesia keadaan terbalik. Atlitnya banyak berasal dari kalangan tidak mampu, tidak mendapatkan pembinaan sesuai standar dan bagaimana mereka akan berprestasi," ujar Tony.
Jadi melalui kegiatan sosialisasi ini, pelatih diminta bisa menjadi seorang manajer, pelatih fisik, ahli psikolog, mampu membaca strategi dan mengatur jadwal latihan dengan baik.
Sebab pelatih butuh hari libur, ingin istirahat dan memiliki kegiatan lain. Namun jika pekerjaannya sudah memiliki manajemen yang baik, tim pelatih dan atlit tinggal mengikuti jadwal sesuai dengan sistem yang sudah dibentuk seorang pelatih.
"Jadi pelatih yang kita inginkan itu yaitu mampu mengatur segala sesuatu melalui pengelolaan manajemen. Sehingga tim pelatih dan atlit memiliki pedoman, jadwal dan sistem. Sehingga mereka bisa disiplin dalam latihan maupun di pertandingan," jelas Tony.
Sementara Ketua KONI Riau, Emrizal Pakis menegaskan, jika Cabor itu ingin maju, maka harus berani menanggung resiko. Salah satunya pelatih harus banyak berkorban untuk menseleksi dan menjaga atlit supaya tetap berprestasi.
Diakui, atlit Riau tidak akan mampu manyaingi atlit dari Pulau Jawa. Karena mereka sangat kuat dan mampu menguasai semua Cabor di PON.
Meski demikian, KONI Riau tidak akan menyerah. Beberapa Cabor sudah memiliki atlit yang diandalkan. Karena atlit ini memiliki kemampuan sama dengan atlit di Pulau Jawa. Diyakini atlit ini bisa berprestasi di PON akan datang.
Emrizal mencontoh kepada KONI Sumatera Barat. Ternyata disana, mereka memiliki atlit andalan. Sebab ketika ditelusuri, yang mendapatkan prestasi hanya atlit andalan ini. Sementara atlit lain tidak ada dapat piala.
Pelatih atlit disana sangat mampu dalam pengelolaan manajemen. Sehingga pelatihnya bisa menjaga atlit dengan baik tanpa dengan anggaran tinggi.
"Makanya kita minta pelatih agar bisa mencari dan membina bibit atlit maupun yang sudah menjadi atlit dengan baik. Kemudian, mampu menjaga dan membina atlit andalan, agar kemampuan serta stamina atlit tetap fit sampai pelaksanaan pertandingan," kata Emrizal.(brc)