Tatap Muka di SMPN 42 Pekanbaru Minggu Ke-3 Berjalan Lancar

Pekanbaru (Bingkai Riau) - Minggu ke tiga Pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) di SMPN 42 Pekanbaru berjalan lancar. Satu-persatu siswa masuk ke kelas dengan mengikuti protokol kesehatan (Prokes). 
 
Kepala SMPN 42 Pekanbaru, Hj Misrawati SPd MM mengatakan, pihaknya tetap ketat menerapkan protokol kesehatan (prokes), mulai dari pintu gerbang masuk, para pelajar diharuskan mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, cek suhu tubuh, 
 
"Begitu pula dengan orang tua yang mengantar serta menjemput anaknya, kita selalu beri arahan untuk patuhi prokes dn jaga jarak agar tidak terjadi kerumunan," kata Misrawati.
 
Misrawati menyampaikan, selain penerapan Prokes secara ketat, lanjutnya, kapasitas ruang kelas juga dibatasi menjadi setengah dari jumlah normal, hanya 20 siswa siswa dalam satu kelas.
 
"Sedangkan bagi siswa yang tidak bisa mengikuti pembelajaran tatap muka karena tidak mendapat izin dari orang tua, tetap belajar secara daring," tuturnya.
 
Sementara proses pembelajaran lanjutnya, dimulai dari jam 08.00 sampai jam 11.00 WIB. Untuk prosedurnya hanya 50 persen siswa yang belajar tatap muka dalam sehari, tidak semua jenjang diturunkan, hanya untuk kelas IX saja.
 
"Intinya, kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di SMPN 42 Pekanbaru, sudah menerapkan protokol kesehatan secara ketat, sehingga semua prosedur dan protokol yang diperlukan tidak ada kendala, dan saat ini berjalan sesuai yang diinginkan. Hingga minggu ketiga ini, kami tidak menemukan permasalahan di lapangan, namun pihaknya tetap melakukan pengawasan yang ketat," ujar Misrawati.
 
Dari pantauan BingkaiRiau.com di lapangan, saat berkunjung ke SMPN 42 Pekanbaru, suasana proses belajar mengajar tengah berlangsung di salah satu ruangan, para siswa dan siswi terlihat menggunakan masker serta menerapkan sosial distancing.
 
Salah satu siswa mengaku, sangat senang akhirnya bisa kembali ke sekolah, selain bertemu dengan dewan guru, juga dengan teman sebayanya, karena selama pandemi COVID-19, hanya berkomunikasi melalui media sosial.
 
"Ini masuk hari kelima belajar, merasa lebih memahami penjelasan guru kelas, daripada metode daring, karena kadang signal internet sering mengalami gangguan, sehingga menyulitkan, selain itu dirinya juga membawa bekal dari rumah untuk makan dan minum, karena kantin di sekolah telah tutup," ujarnya. (ade)