Pekanbaru Pekanbaru (Bingkai Riau) - Kesan yang indah selalu membekas di hati masyarakat serta anggota. Selama bertugas di berbagai wilayah, tangis haru akan selalu mewarnai perpisahan di akhir masa bakti tugasnya.
Sosok sederhana nan merakyat, telah melekat di benak masyarakat. Profesional dalam bertugas tentu juga tidak diragukan lagi. Polisi Jumat Barokah, prestasi itulah yang melekat di bahu AKBP Edi Sumardi P SIk. Kegiatan sosial ini membuming di tangan sejuk beliau. Selangkah lagi, gelar Master Hukum (MH) juga akan melekat di ujung namanya.
"Alhamdulillah, pertama sekali bersyukur kepada Allah SWT. Selama 1,8 bulan, proses kuliah di UIR ini berhasil saya jalani," kata AKBP Edi, membuka awal cerita.
Dalam meniti karir di kepolisian, perwira menengah dengan pangkat dua bunga ini telah malang melintang bertugas di Bumi Lancang Kuning, Riau. Sebut saja di wilayah hukum Kabupaten Kuantan Singingi.
Hampir dua tahunan, Kapolres yang mudah melempar senyum ini menjalani tugas sebagai Kapolres di Kota Jalur. Tentunya tidak mudah, jika bertugas di Taluk Kuantan, lalu dibarengi dengan kuliah di Pekanbaru Pekanbaru, Ibu Kota Provinsi Riau.
Jarak tempuh yang harus dilalui berkisar 169 Km, Taluk Kuantan-Pekanbaru Pekanbaru. Membagi waktu antara menjalankan Tugas Negara dengan keinginan menimba ilmu, tentu harus dijalani dengan energi yang lebih. Meski sempat dijalani, niat mulia menimba ilmu di bangku pasca sarjana akhirnya tertunda demi maksimalnya tugas di korps Bayangkara.
"Dulu saya awal kuliah saat menjabat Kapolres Kuansing. Karena jarak, tanggung jawab kepada negara harus lebih besar, akhirnya saya mundur," jelas Edi.
Meski sempat terhenti, namun tidak membuat semangat Ayah dengan tiga anak ini patah arang. Tekad bulat tetap tertanam di dalam hati. Gelar Master Hukum (MH), suatu nanti harus disandangnya.
Di tengah kesibukan menjalankan tugas di Kuansing, Surat Telegram Kapolri Nomor 1315/V/2016 tertanggal 27 Mei 2016 keluar. AKBP Edi Sumardi P SIk dipindahtugaskan sebagai Kapolres Kampar.
Di akhir masa jabatan sebagai Kapolres Kuansing, dia menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Kuansing, bila mana dalam keseharian ada khilaf dan salah. "Terimakasih kepada seluruh lapisan masyarakat atas dukungannya selama bertugas di Kuansing," kata Edi kala itu.
Berkemas untuk pindah tugas, merupakan hal biasa yang kerap dilalui bagi seorang Kapolres. Edi pun resmi pindah tugas ke Kota Serambi Mekahnya Riau, Bangkinang, Kabupaten Kampar.
Jika dicermati, secara struktur geografis dan budaya masyarakat, Kabupaten Kampar dan Kabupaten Kuansing memang tidak jauh berbeda. Riau daratan, itulah sebutan yang sering disematkan bagi dua wilayah kabupaten tersebut.
Tak kalah pentingnya, kepiawaian sosok AKBP Edi Sumardi P SIk dalam memimpin jajarannya maupun berbaur dengan masyarakat, tentu lebih membantu memudahkan dia dalam menjalani tugas di tempat yang baru. Hal itu tidan perlu diragukan lagi.
Hanya saja, di tempat tugas yang baru, cita-cita AKBP Edi ingin menyelesaikan studi sebagai mahasiswa hukum (Strata Dua) di Universitas Islam Riau, sepertinya belum berjalan sesuai harapan. Meski jarak tempuh Bangkinang-Pekanbaru sudah tergolong dekat (70 Km), panggilan tugas sebagai pimpinan tertinggi di wilayah hukum Mapolres Kampar, ternyata sudah menanti. Kabupaten Kampar akan menjalani Pilkada ketika itu (2017).
Bagi AKBP Edi, mengedepankan tugas sebagai Kapolres yang utama. Sebab, waktu buat menimba ilmu tidak akan ada habisnya. Agama pun mengajarkan kita, "Tuntutlah Ilmu Mulai dari Ayunan Sampai ke Liang Lahat". Pemahaman inilah yang mungkin dijadikan pedoman. Sosok AKBP Edi juga dikenal sebagai seorang yang religius.
Pengabdian di Kampar sepertinya berbuah manis. Kapolda Riau saat itu Irjen Pol Zulkarnain Adinegara juga memberikan penghargaan dan apresiasi kepada Kapolres Kampar AKBP Edi Sumardi P SIk yang dinilai berhasil melaksanakan pengamanan pilkada serentak 2017.
Barokah Pekanbaru
Memasuki akhir Mei 2017, AKBP Edi Sumardi diberi kepercayaan menjabat sebagai Wakapolresta Pekanbaru. Sepertinya Allah SWT mulai memudahkan jalan baginya (dari segi waktu) untuk melanjutkan program studinya lagi.
"Saya mendaftar lagi sebagai mahasiswa pasca sarjana tahun ajaran 2017/2018, Alhamdulillah lulus," kenang Edi.
Menjabat sebagai Wakapolresta Pekanbaru, diakui Edi juga mempunyai kompleksitas tugas yang sangat luar biasa. Selain itu, dinamika operasional juga sangat tinggi. Namun, bak pepatah mengatakan, "Sekali Layar Terkembang, Surut Kita Berpantang", hal ini jualah yang sudah tertanam di dasar hati AKBP Edi. Niat yang tulus dan kuat, diridhoi oleh Sang Khalik
Bagi Edi, bangku perkuliahan merupakan tempat untuk belajar, mengasah, menimba ilmu, sekaligus sebagai tempat bersilaturahmi dengan para sahabat. " Alhamdulillah saya banyak menimba ilmu di sini (UIR)," katanya.
Semasa kuliah, Edi juga tidak menampik bahwa ada penilaian dari kalangan di lingkungan kampus, bahwa dirinya merupakan seorang pejabat negara. Meski demikian, AKBP Edi tetap rendah hati. Dia bukan tipe orang yang mudah jumawa.
Dia tetap berupaya memposisikan diri sebagai mahasiswa, layaknya dengan mahasiswa lain yang memiliki hak dan tanggung jawab sama di mata dosen, akademisi dan yang lainnya.
Ditambah motivasi dan dukungan dari keluarga untuk menuntaskan perkuliahan, tentu menjadi energi lebih baginya. "Dukungan dari keluarga sangat luar biasa. Meski kadang rencana makan malam bersama keluarga harus ditunda, demi kuliah," ujarnya dengan nada sedikit bercanda.
Dakuinya, banyak suka dan duka semasa kuliah. Baik itu di lingkungan keluarga, kampus hingga tempat bertugas. Namun, semua itu akan dijadikannya cerita indah dalam meniti karir dan menimba ilmu, yang kelak bisa diceritakan kepada anak dan cucunya. Usia tak menjadi kendala dalam menuntut ilmu.
Semasa menjalani perkuliahan, tak jarang AKBP Edi juga harus menjalani panggilan tugas sebagai Wakapolresta Pekanbaru. Terkadang ada tugas di kepolisian yang mengharuskannya segera datang, meski jam kuliah sedang berlangsung. "Kadang harus izin, karena memang panggilan tugas," katanya.
Merasa terpacu dengan teman kuliah dari segi usia masih banyak yang muda darinya, Edi harus lebih pandai dalam membagi waktu. Hikmah dari semua itu, dimana ada kemauan, disitu ada jalan.
Berkat keteguhan hati, AKBP Edi yang kini menjabat sebagai Kabid Humas Polda Banten, akhirnya sukses menyelesaikan studi. Jumat malam, 26 April 2017, merupakan hari yang tidak akan pernah dilupakannya bersama istri tercinta, Hj Neni Sumardi. Malam itu tercatat sebagai hari yang bersejarah dan penuh bahagia. Yakni malam temu ramah dan pelepasan mahasiswa-mahasiswi program pasca sarjana UIR. Penyerahan Toga, nanti akan dilakukan pada 25 Mei 2019.
Keberhasilannya itu, menurut AKBP Edi juga tidak terlepas dari dukungan unsur pimpinan, Kapolda Riau, Wakapolda Riau, Karo SDM, khususnya Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Susanto SH MH SIk. Edi mengucapkan terimakasih kepada para atasannya yang telah mensuport selama ini.
"Khusus bagi Pak Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Susanto SIk, beliau sangat mendukung. Selama tidak menggangu kedinasan, saya diizinkan beliau. Pada kesempatan ini, saya juga ucapkan terimakasih," katanya.
Kini, AKBP Edi Sumardi P SIk sudah bisa sedikit tersenyum lega. Perjuangan dalam kurun waktu 1,8 bulan, tidaklah waktu yang singkat dan mudah baginya. Keseimbangan dalam membagi waktu antara dinas dan kuliah telah dilaluinya.
Gelar Master Hukum dengan Indek Prestasi 3,63 dengan tesis berjudul "Upaya Polda Riau dalam Rangka Menanggulangi Paham Radikalisme di Provinsi Riau" telah abadi tercatat di buku akademik Kampus UIR. Rasa syukur dan terimakasih yang tak terhingga, juga dihaturkan AKBP Edi bagi Rektor UIR Prof DR Syafrinaldi dan jajarannya.
Selamat, Pak Polisi Jumat Barokah. Semoga ilmu yang didapat akan menjadi ladang amal ibadah, demi kemajuan Korps Polri, bangsa dan negara.***
Penulis: Zukri