Kampar (Bingkai Riau) - Pengetahuan masyarakat tentang alat detektor banjir masih sangat rendah, terutama masyarakat yang berada di daerah pinggir sungai. Diperlukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan tentang pembuatan detektor banjir sederhana.
Melalui kegiatan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM), Universitas Riau (UNRI) melakukan kegiatan dalam hal mendeteksi banjir di Desa Merangin, Kecamatan Kuok, baru–baru ini. Hal tersebut diungkapkan salah seorang mahasiswi UNRI jurusan Fisika, Mirna Safitri yang ikut PKM kepada Bingkairiau.com, Sabtu (15/7) siang di Bangkinang.
Lebih lanjut Mirna menerangkan, mendesain detektor banjir sederhana dinamakan dengan Teksi Di BenJir (pendeteksi dini bencana banjir). Alat ini nanti bisa membantu masyarakat untuk mendeteksi dini banjir, agar kerugian akibat banjir bisa berkurang. Terutama bagi masyarakat yang memiliki usaha keramba di sepanjang sungai Kampar, terutama di Desa Merangin, Kecamatan Kuok.
Alat Teksi Di BenJir berfungsi sebagai pendeteksi kenaikan air sungai, untuk mengetahui kenaikan air sungai yang mungkin terjadinya banjir. Karena alat ini bertujuan untuk mencegah hanyutnya keramba masyarakat akibat naiknya permukaan air, maka banjir yang dimaksudkan adalah ketinggian air yang menyebabkan keramba hanyut.
Diterangkan Mirna, alat Teksi Di BenJir didesain dengan menggunakan rangkaian listrik tertutup sederhana, dilengkapi dengan saklar lampu dan dihubungkan dengan sensor bunyi. Alat ini terdiri dari sebuah kawat kontrol dan 3 kawat penghantar yang dipasang dengan ketinggian berbeda serta terhubung dengan saklar.
Untuk skalar lampur tediri–dari 3 warna, untuk warna hijau, status waspada, saklar lampu kuning untuk status siaga dan terakir warna merah adalah status bahaya. "Untuk papan skalar diletakan di permukaan yang tidak disentuh air," terang Mirna.
Tim PKM juga memberikan pelatihan tentang cara perakitan, pembuatan, serta pemasangan alat Teksi Di BenJir untuk warga Desa Merangin. Teksi Di BenJir bertujuan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mendeteksi secara dini bencana banjir untuk menghindari kerugian akibat bencana banjir.
Kedua, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam membuat alat pendeteksi dini bencana banjir secara sederhana. "Alat ini bisa menjadi rujukan bagi peternak keramba lainnya yang berada di sepanjang tepian sungai Kampar untuk mencegah kerugian keramba akibat bencana banjir," jelas Mirna.
Penulis: Apriyaldi