Pekanbaru (Bingkai Riau) - Masalah sampah menjadi masalah serius yang dihadapi oleh masyarakat, tidak hanya di rumah tangga tetapi juga di lingkungan sekolah. Sebagai sekolah menuju Adiwiyata Kota, SMPN 31 Pekanbaru menggesa pengelolaan dan pengolahan lingkungannya.
"Salah satu kegiatan penunjang agar tercapainya tujuan tersebut adalah dengan bekerjasama dengan Bank Sampah Dalang Colection. Program ini sangat kami apresiasi. Dalam kegiatan ini guru dan siswa dilibatkan secara langsung untuk menyetor sampah ke Bank Sampah," kata Kepala SMPN 31 Pekanbaru, Gusna Dewi MPd
Gusna Dewi menjelaskan, untuk bisa melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Bank Sampah Dalang Colection, sekolah harus menyetor minimal 4 kali sampah kepada Bank Sampah Dalang Colection. Dikatakannya, bahwa bank sampah merupakan suatu cara pengelolaan sampah dengan menggunakan konsep perbankan, tetapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah.
"Sampah yang ditabung ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang, warga yang menabung disebut nasabah dan akan diberi buku tabungan bank sampah," jelasnya.
Ia juga mengatakan, tujuan bank sampah sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat agar dapat bersahabat dengan sampah dan mendapatkan manfaat ekonomi secara langsung dari bank sampah.
"Bank sampah harus dilakukan dengan gerakan Reduce, Reuse, Recycle (3R) sehingga manfaatnya dirasakan langsung tidak hanya mendongkrak peekonomian tetapi juga pembangunan lingkungan yang bersih hijau dan sehat," ujar Dewi.
Sedangkan untuk sistim kerja bank sampah, lanjutnya, sama seperti bank lainnya sebagai tempat penyimpanan uang. Para siswa atau guru bisa langsung menyetor sampah yang sudah dipilah di bank sampah unit yang ada di sekolah.
"Selanjutnya petugas dan alat transportasi sampah dari DLHK akan menimbang dan menjemput sampah sehingga tidak ada lagi sampah anorganik yang tertumpuk di sekolah," ungkapnya.
Gusna Dewi menambahkan, sebelum dibawa ke bank sampah, sekolah harus memilah terlebih dahulu sampahnya karena setiap jenis sampah memiliki nilai atau harga yang berbeda. Untuk sampah organik, bisa dijadikan kompos dan bokasi. Kompos ini nantinya sangat bermanfaat baik bagi lingkungan sekolah maupun bagi warga sekolah.
"Banyak sampah yang selama ini dibuang begitu saja ternyata bernilai ekonomis dan bisa ditabung. Jadi, dengan adanya bank sampah selain sebagai bentuk peduli lingkungan juga melatih jiwa kewirausahaan siswa," pungkasnya. (ade)