Pekanbaru (Bingkai Riau) - Rektor Universitas Islam Riau Prof. Dr. H. Syafrinaldi, S.H., M.C.L membuka Seminar Nasional Ekonomi Syariah dan Perbankan Syariah, dengan tajuk 'Menjadikan Indonesia sebagai Pusat Perkembangan Ekonomi dan Keuangan tahun 2024'. Seminar yang dilaksanakan Fakultas Agama Islam pada Kamis (3/5) itu, diikuti lebih dari empat ratus mahasiswa dan menghadirkan lima nara sumber.
Mereka adalah Prof. Dr. H. Detri Karya, S.E., M.A (Dosen Universitas Islam Riau), Dr. Akhmad Affandi Mahfudz, M.Ec., CIFP (Dosen Institute Perbanas), Siti Astiyah, SE., M.Comm., Ph.D (Pimpinan Bank Indonesia Perwakilan Riau), Alfred Dianto., SP., MBA (Pimpinan BRI Syariah Cabang Pekanbaru) dan Mufti Hasan Alfani, S.E., Sy., M.E sebagai moderator.
Syafrinaldi mengapresiasi pelaksanaan seminar nasional ini. Ia mengatakan, seminar ini dapat menghasilkan opsi sebagai solusi terhadap ekonomi umat. Ekonomi Syariah dan Perbankan Syariah, katanya, diharapkan dapat menjadi tuan rumah di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. ''Sudah saatnya kita beralih ke ekonomi syariah,'' tegas Rektor.
Hal senada juga diungkap Dekan Fakultas Agama Islam UIR, Dr. Zulkifli Rusby ME., Sy. Menurutnya, ekonomi syariah dan perbankan syariah bukan saja bertalian antara halal dengan haram akan tetapi dibutuhkan lima komponen dalam penerapannya di tengah masyarakat. Yakni pertama, pengelolaan secara specifik baik di perbankan sendiri maupun di nasabah. Bila penerapannya hanya disasar pada satu pintu, misalnya, perbankan saja sementara nasabah diabaikan maka instrumen Islam tidak akan bisa ditegakkan.
Kedua, Umat harus masuk Islam secara kaffah atau totalitas. Islam, tutur Zulkifli, bukan semata apa yang dinukilkan dalam syahadatain, sholat, puasa, zakat dan haji melainkan lebih luas lagi dari itu. Coba kita ingat, lanjut calon Guru Besar ini, sejarah hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah. Begitu menapakkan kaki di Madinah al Munawwaroh hal pertama yang dilakukan Baginda Nabi adalah mendirikan masjid, yang sekarang kita kenal dengan Masjid Nabawi. ''Di Masjid itu Nabi membangun dan membentuk karakter umat termasuk membangun ekonomi umat,'' ujarnya.
Sekarang ekonomi umat sudah dibaluti oleh ekonomi kapitalis dan sosialis, dan pembalutan itu sekaligus melukai umat Islam sebab sistem ekonomi tersebut telah mencabik-cabik sistem ekonomi Islam. Jadi, tegas Zulkifli, mari kita kembali kepada sistem ekonomi Islam sebagaimana dahulu pernah dibangun oleh Rasulullah SAW.
Ketiga, Sistem ekonomi Islam harus dikelola berbasis kepada publik. Keempat, dikelola secara profesional dan kelima, untuk mewujudkan ekonomi berbasis syariah itu diperlukan invasi, manajemen atau perubahan mindset umat. Zulkifli optimis dengan kelima gagasannya, yakni bila hal itu mampu diwujudkan cepat atau lambat ekonomi syariah dan perbankan syariah pada saatnya nanti akan menggantikan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis.
''Sekarang hampir setiap pelosok orang bicara tentang ekonomi syariah dan perbankan syariah. Walau sistem ini bukan hal baru namun saya kira saatnya kita buka pintu hati umat agar mereka kembali ke sistem ekonomi Islam. Sebab sistem kapitalis dan sosialis yang selama ini menina-bobokkan kita ternyata pada akhirnya hanya membuat jarak antara si miskin dan si kaya, dan semakin menambah angka kemiskinan di Indonesia,'' ungkap Zulkifli. (rls/ade)