Jakarta (Bingkai Riau) - Hingga Mei, Utang Pemerintah Tembus Rp3.672 Triliun Penambahan utang neto selama Mei 2017 sebesar Rp4,92 triliun berasal dari penerbitan SBN sebesar Rp11,03 triliun dan pelunasan pinjaman sebesar Rp6,11 triliun.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan melansir, utang Pemerintah Pusat hingga bulan Mei 2017 mencapai Rp3.672,33 triliun.
Berdasarkan keterangan resmi DJPPR, utang itu terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp2.943,73 triliun (80,2 persen) dan pinjaman sebesar Rp728,60 triliun (19,8 persen).
"Penambahan utang neto selama bulan Mei 2017 sebesar Rp4,92 triliun berasal dari penerbitan SBN (neto) sebesar Rp11,03 triliun dan pelunasan pinjaman (neto) sebesar Rp6,11 triliun," tulis DJPPR.
Selama bulan Mei 2017, telah dilakukan lelang penerbitan SBN dengan total penerbitan (bruto) mencapai Rp38,09 triliun, sedangkan penarikan pinjaman (bruto) sebesar Rp1,24 triliun.
Adapun pembayaran kewajiban utang di bulan Mei 2017 mencapai sebesar Rp62,98 triliun, terdiri dari pembayaran pokok utang yang jatuh tempo sebesar Rp39,89 triliun dan pembayaran bunga utang sebesar Rp23,09 triliun.
Indikator risiko utang bulan Mei 2017 menunjukkan sedikit perubahan untuk risiko tingkat bunga di mana variable rate ratio berada level 11,3 dan refixing rate di level 19,3.
Sedangkan indikator jatuh tempo utang dengan tenor hingga 5 tahun naik dari 37,2 persen menjadi 38,6 persen dari total outstanding. Dibanding bulan sebelumnya, rata-rata perdagangan SBN di pasar sekunder bulan Mei 2017 cenderung meningkat.
"Porsi kepemilikan oleh asing atas SBN yang dapat diperdagangkan di bulan Mei 2017 mencapai 39,15 persen. Mayoritas investor asing masih memegang SBN dengan jangka menengah-panjang (diatas 5 tahun)," jelas DJPPR.
Sementara itu, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN), baik domestik maupun SUN Valas, pada akhir bulan Mei turun dibanding posisi akhir tahun 2016, rata-rata penurunan mencapai 59 bps untuk SUN domestik dan 17 bps untuk SUN berdenominasi dolar AS.
Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia akhir Mei 2017 mencapai US$124,95 miliar. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir April 2017 yang sebesar US$123,25 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menyebutkan peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa dari penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah, serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas.
"Penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo," ujar Tirta dalam keterangan resmi.
Posisi cadangan devisa per akhir Mei 2017 tersebut menurut Tirta cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi tersebut juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Sumber: .cnnindonesia.com