• Follow Us On : 

Pernah Gambar Dua Gunung Kembar Saat SD? Ternyata Ini Tempatnya

Pernah Gambar Dua Gunung Kembar Saat SD? Ternyata Ini Tempatnya Gunung Sumbing dan Sindoro (Merdeka.com)
Kamis, 25 Mei 2017 - 20:27:43 WIB

Pekanbaru (Bingkai Riau) - Masih ingat apa yang digambar saat Anda TK atau SD? Ya, gambar dua gunung kembar dengan matahari di tengahnya. Kemudian hamparan sawah yang hijau dan jalan berliku menuju gunung.

Bagi generasi yang lahir sekitar 1980-an tentu tak asing lagi dengan gambar tersebut. Sebab setiap pelajaran menggambar hampir semua siswa menggambar hal serupa.

Sampai saat ini tak tahu siapa pencetus pertama gagasan menggambar pemandangan dengan dua buah gunung seperti itu. Karena gambar pemandangan dua gunung itu begitu tenar pada masanya.

Ternyata hal itu bukan imajinasi. Apabila berkunjung ke Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, teka-teki itu akan terjawab. Di sana ada pemandangan yang serupa dengan gambar tersebut.

Terletak di antara kaki Gunung Sumbing dan Sindoro, terdapat beberapa titik lokasi yang dapat dipilih untuk menyaksikan gunung kembar tersebut.

Salah satunya di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu. Beberapa ratus meter setelah memasuki akses jalan desa, pengunjung akan disuguhi pemandangan yang jarang dijumpai di daerah lain.

Pemandangan gunung kembar itu akan semakin jelas terlihat saat cuaca cerah dan didukung langit berwarna biru. Dan kini banyak warga yang datang untuk sekadar melihat pemandangan sembari bernostalgia.

"Saya beberapa kali menjumpai spot atau lokasi di Temanggung yang bisa dipilih untuk menyaksikan deretan dua gunung layaknya gambar pemandangan anak-anak zaman dulu," kata Yani, salah satu pengunjung yang dikutip dari Merdeka.com, Kamis 25 Mei 2017.

Tak hanya spot untuk menyaksikan gunung kembar itu, di Desa Ngadiprono juga terdapat daya tarik wisata lain yang bernama Pasar Papringan hasil gagasan Komunitas Mata Air.

Berada di lahan bambu seluas 2.500 meter persegi, pasar ini hanya akan dibuka setiap Minggu Wage dan Pon saja, mulai pukul 6.00 sampai 12.00 WIB. Di dalam pasar ini, tersebar berbagai lapak dagangan yang menawarkan mulai olahan kuliner khas, hasil pertanian, hingga kerajinan produksi lokal masyarakat.

Uniknya, pengunjung dan pedagang di tempat ini diwajibkan bertransaksi menggunakan kepingan uang berbentuk persegi panjang yang terbuat dari bambu. Setiap keping bernilai Rp2 ribu yang dapat ditukar di berbagai titik di dalam komplek Pasar Papringan.

"Tak hanya sebagai upaya konservasi alam, terutama vegetasi tanaman bambu, pasar papringan juga ditujukan untuk mengangkat segala kearifan lokal masyarakat sekaligus merangsang pertumbuhan ekonomi warga setempat," tutur Ketua Komunitas Mata Air, Imam Abdul Rofik. (**)
 

Akses www.bingkairiau.com Via Mobile m.bingkairiau.com
TULIS KOMENTAR
BERITA TERKAIT
BERITA LAINNYA
BERGABUNG DI SINI
KABAR POPULER