Kepala BPS Misfaruddin: Bulan Agustus, Riau Kembali Alami Inflasi 0,22 Persen

Pekanbaru (Bingkai Riau) - Riau kembali mengalami inflasi sebesar 0,22 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Agustus 2019 Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 93,48 atau naik 1,17 persen dibanding NTP Juli 2019 sebesar 92,40.
 
Kepala BPS Provinsi Riau Drs. Misfaruddin M.Si mengatakan, kenaikan NTP ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,86 persen. Sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,31 persen. 
 
Disampaikannya, Provinsi Riau mengalami inflasi sebesar 0,22 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 141,02. Ia menjelaskan, dari 3 kota IHK di Provinsi Riau, hanya Kota Pekanbaru yang mengalami inflasi yakni sebesar 0,36 persen. Sedangkan Kota Dumai dan Kota Tembilahan mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,25 persen dan 0,33 persen
 
"NTP Agustus 2019 sebesar 93,48 dapat diartikan bahwa petani secara umum mengalami defisit. Defisit ini terutama terjadi pada petani subsektor tanaman pangan (NTPP = 99,70), subsektor peternakan (NTPT= 99,29), perkebunan rakyat (NTPR = 87,86)," kata Misfaruddin.
 
Menurut Misfaruddin dari 10 Provinsi di Pulau Sumatera, ada 6 provinsi yang mengalami Kenaikan NTP. Yakni Provinsi NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Lampung dan Provinsi Bangka Belitung. Dibanding NTP provinsi lain di Sumatera, Riau menduduki peringkat ke-6, di bawah Provinsi Lampung, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Jambi, dan Provinsi Sumatera Barat.
 
"Kenaikan NTP di Provinsi Riau terjadi pada semua subsektor penyusun NTP. Yaitu subsektor hortikultura naik sebesar 2,58 persen, subsektor peternakan naik sebesar 1,36 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 1,17 persen, subsektor perikanan naik sebesar 0,68 persen," ungkapnya. 
 
Lebih jauh dijelaskannya, inflasi Riau dibulan Agustus 2019 sebesar 0,22 persen disebabkan adanya kenaikan indeks harga konsumen yang cukup signifikan pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang mengalami inflasi sebesar 1,38 persen. Lalu kemudian diikuti kelompok sandang yakni sebesar 0,94 persen, kelompok bahan makanan sebesar 0,48 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,15 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,13 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,02 persen. Sedangkan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar -0,46 persen.
 
"Sementara komoditas yang memberikan andil terjadinya inflasi di Riau antara lain cabai merah, tarif sekolah dasar, emas perhiasan, buncis, tarif sekolah menengah pertama, semen, telur ayam ras, kentang, cabe hijau, cabe rawit dan lain-lain. Komoditas yang memberi andil deflasi antara lain bawang merah, daging ayam ras, angkutan udara, tomat sayur, bayam, ayam hidup, tomat buah, jeruk dan lainnya," jelas Misfaruddin.
 
Misfaruddin menambahkan, dari 23 kota di Sumatera yang menghitung IHK, delapan kota mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Metro sebesar 0,41 persen, diikuti oleh Kota Pekanbaru sebesar 0,36 persen dan Kota Medan sebesar 0,27 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Banda Aceh sebesar 0,07 persen. (ade)